PAM Mineral (NICL) Kuartal III/2025: Laba Melonjak, Strategi Hadapi Harga Nikel

Senin, 03 November 2025 | 15:51:24 WIB
PAM Mineral (NICL) Kuartal III/2025: Laba Melonjak, Strategi Hadapi Harga Nikel

JAKARTA - Emiten pertambangan, PT PAM Mineral Tbk (NICL), mencatat penjualan per kuartal III-2025 sebesar Rp1,35 triliun. Angka ini melonjak 64,82% year on year dibandingkan penjualan periode sama tahun sebelumnya Rp821 miliar.

Kenaikan penjualan didorong oleh volume penjualan nikel yang meningkat dari 1.273.855,62 metrik ton menjadi 2.404.590,63 metrik ton atau tumbuh 88,76% yoy. Efisiensi biaya turut mendorong laba kotor NICL naik dari Rp293,80 miliar per kuartal III-2024 menjadi Rp600,92 miliar per kuartal III-2025.

Marjin laba kotor NICL pun meningkat dari 35,77% menjadi 44,39%, menandakan efisiensi operasional yang lebih baik. Sejalan dengan itu, laba usaha meroket 123,71% yoy menjadi Rp504,88 miliar dibandingkan Rp225,68 miliar sebelumnya.

Laba Neto dan Strategi Perusahaan

Peningkatan volume penjualan serta efisiensi beban usaha membuat laba neto NICL melonjak 131,28% yoy menjadi Rp401,66 miliar per kuartal III-2025. Sebelumnya, laba neto perusahaan tercatat Rp173,66 miliar.

Direktur Utama NICL, Ruddy Tjanaka, menyebut harga acuan nikel domestik menurun 5,20% sejak akhir 2024 sejalan dengan tren global dan fluktuasi industri baterai kendaraan listrik. Perusahaan memandang penurunan harga ini sebagai koreksi positif yang telah diprediksi dan diantisipasi sejak awal tahun.

“Kami meyakini penurunan harga ini bersifat jangka pendek dan perusahaan tetap adaptif terhadap situasi terkini,” ungkap Ruddy dalam siaran pers pada Senin, 3 November 2025. NICL berhasil membukukan kinerja operasional dan keuangan positif hingga kuartal III-2025 meski menghadapi fluktuasi pasar.

Posisi Keuangan dan Kapasitas Produksi

Jumlah aset NICL sedikit menurun 7,45% menjadi Rp971,88 miliar per kuartal III-2025 dibandingkan akhir 2024 sebesar Rp1,05 triliun. Liabilitas juga menurun dari Rp171,92 miliar menjadi Rp138,60 miliar, sejalan dengan pembayaran utang perusahaan, sementara NICL tidak memiliki utang bank jangka panjang.

Total ekuitas perusahaan tercatat turun dari Rp878,18 miliar menjadi Rp833,27 miliar per kuartal III-2025. Meski demikian, posisi neraca NICL tetap sehat, mencerminkan kinerja operasional yang kuat dan pengelolaan keuangan yang disiplin.

Kapasitas produksi per kuartal III-2025 mencapai 92,48% dari Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun 2025. Untuk memenuhi permintaan hingga akhir tahun, NICL mengajukan pembaruan RKAB ke Kementerian ESDM agar kapasitas produksi dapat ditingkatkan.

Tantangan Regulasi dan Peluang Strategis

Ruddy menilai kinerja NICL sejauh ini positif, tetapi belum sepenuhnya memenuhi ekspektasi perusahaan karena RKAB 2025 masih dalam proses pengajuan. Hal ini menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi perusahaan tahun ini.

Perusahaan memperkirakan harga nikel akan tetap fluktuatif pada kuartal IV-2025 akibat kebijakan tarif perdagangan AS dan kondisi pasokan global. Namun, ketegangan geopolitik antara China dan negara Barat membuka peluang strategis bagi Indonesia sebagai pemasok logam kritis non-China.

Regulasi domestik juga menjadi faktor penting, terutama terkait pembaruan RKAB, studi kelayakan, dan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL). NICL aktif mengikuti sosialisasi regulasi agar proses persetujuan dokumen teknis lebih cepat, mendukung rencana peningkatan kapasitas produksi pada 2026.

Ketergantungan pada smelter sebagai price taker membatasi posisi tawar NICL. Perusahaan harus memenuhi persyaratan spesifikasi bijih nikel yang ketat serta menerima harga di bawah Harga Patokan Mineral (HPM) untuk memenuhi kontrak.

Komitmen Operasional dan Keberlanjutan

NICL menargetkan produksi bijih nikel gabungan hingga 2,6 juta ton ore pada akhir 2025, seiring program pengeboran lanjutan untuk menambah cadangan. Perusahaan juga meningkatkan efisiensi operasional melalui penerapan prosedur QAQC yang lebih ketat serta investasi pada peralatan analisa berteknologi tinggi.

Selain itu, NICL memperluas kerja sama strategis dengan smelter dan trader di Sulawesi, Pulau Obi, dan Halmahera. Kerja sama jangka panjang ini memperkuat posisi pasar, mempercepat distribusi, dan menjaga stabilitas penjualan di tengah fluktuasi harga global.

Perusahaan juga berkomitmen menjalankan tata kelola yang baik dan standar ESG untuk menjaga keberlanjutan usaha. Upaya ini sekaligus mendukung efisiensi operasional dan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan serta sosial.

NICL menekankan bahwa meskipun menghadapi tantangan regulasi dan fluktuasi harga, strategi adaptif dan penguatan operasional menjadi kunci pertumbuhan berkelanjutan. Investor dapat melihat perusahaan sebagai entitas yang siap menghadapi dinamika pasar sekaligus memanfaatkan peluang global.

Dengan posisi keuangan yang sehat, efisiensi biaya, dan peningkatan produksi, NICL berada di jalur positif untuk memenuhi target RKAB 2025. Strategi ini menunjukkan kesiapan perusahaan menghadapi tekanan pasar sambil tetap fokus pada pertumbuhan jangka panjang.

Terkini

Cara Membatalkan Pesanan di Blibli Lewat HP dan Komputer

Senin, 03 November 2025 | 22:12:54 WIB

10 Strategi Digital Marketing UMKM biar Naik Kelas

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

Aturan Penagihan Utang Debt Collector Terbaru 2025

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

Senin, 03 November 2025 | 19:35:15 WIB